Siapakah sebenarnya “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” ?

Siapakah sebenarnya “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” ?
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku 
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku 
Sebagai prasasti terima kasihku 
Tuk pengabdianmu 
Engkau sabagai pelita dalam kegelapan 
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan 
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa

Siapa yang tidak tahu lagu hymne guru di atas. Semua orang pasti tahu “pahlawan tanpa tanda jasa” yang dimaksud adalah guru. Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru di Indonesia. Guru penunjang penting dalam dunia pendidikan dan merupakan motor penggerak dari proses pembelajaran. Tapi yakinkah kita bahwa keberadaannya dihargai oleh murid dan kerja kerasnya diapresiasi oleh pemerintah Indonesia ?

Jika guru merupakan sosok yang penting dalam dunia pendidikan, yang katanya sebagai pembentuk generasi muda penerus bangsa, tapi mengapa di Indonesia keberadannya sangat kurang dihargai. Banyak guru berjuang untuk memberikan pendidikan kepada anak bangsa tanpa upah. Menjadi relawan di pelosok negeri. Mengacu pada negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, gaji seorang guru berada pada peringkat atas. Bahkan di Inggris, gaji guru lebih tinggi dibandingkan Perdana Menteri sekalipun. Di Finlandia, proses seleksi untuk menjadi guru harus melewati beberapa tes yang ketat, sejajar dengan memasuki fakultas hukum maupun kedokteran. Guru juga diberi kebebasan dalam menentukan kurikulum, text-book, hingga metode pengajaran dan evaluasi. Negara-negara maju berani investasi besar-besaran untuk pendidikan. Merekapun membiayai pendidikan guru hingga mendapat gelar master.
Situasi berbanding terbalik terjadi di Indonesia. Yang katanya sosok pahlawan tanpa tanda jasa ini, tidak mempunyai kedudukan tinggi. Diremehkan dibandingkan dengan profesi lainnya. Kondisi yang sangat memprihatinkan. Mengapa demikian ?

Dalam proses pembelajaran guru terkesan sebagai sumber satu-satunya untuk belajar, hanya guru yang aktif berbicara di depan tanpa memberi kesempatan muridnya untuk memberikan argumennya. Terkesan seperti orang dewasa yang lebih tua dan butuh dihormati. Kembali pada negara yang memiliki sistem pendidikan yang baik, di sana seorang guru layaknya teman bagi murid-muridnya. Jadi ketika pelajaran berlangsung yang aktif tidak hanya gurunya saja namun muridnya juga berperan aktif.

Belajar dalam sebuah tim atau sering kita sebut diskusi. Diskusi adalah modal utama, karena dengan disksui, kita bisa menganalisa segala sesuatu dari beberapa sudut pandang, secara otomatis murid-murid akan memiliki kemampuan untuk berpikir kritis. Lingkungan belajar yang fun dan tidak banyak tekanan tugas yang memforsir membuat murid merasa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan. Harapan baik semua orang tentunya sistem pendidikan di Indonesia yang dimotori oleh peran guru dapat menuju ke arah yang lebih baik. Kita dapat melihat dan membandingkan proses pembelajaran dan sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia dengan negara yang sudah memiliki penerapan yang baik. Akan tetapi janganlah diambil seluruhnya secara mentah. Perlu diingat lagi bahwa kita memiliki perbedaan budaya, maka perlu disesuaikan dengan kondisi kita saat ini. Semoga pendidikan Indonesia bisa lebih baik mengingat pendidikan adalah aspek vital.
sumber gambar: ariantoteguhhs.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar