Pembelajaran sebagai Sistem dalam Sudut Pandang Teknologi



        Dari sudut pandang teknologi pendidikan, pembelajaran itu haruslah berorientasi pada peserta didik, pemecahan masalah pembelajaran harus menggunakan pendekatan sistem, pengembangan pembelajaran harus sistematik, efektif dan efisien, serta implementasinya harus terus-menerus ditingkatkan agar kualitas lulusan seperti yang diharapkan dapat tercapai. Konsep pendekatan sistem tersebut didasarkan pada pandangan bahwa pembelajaran mempunyai komponen-komponen, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama berpengaruh terhadap efektivitas dauun efisiensi pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran saling terkait dan terintegrasi menjadi satu fungsi dalam mencapai tujuannya, yaitu mencetak lulusan yang berkualitas atau berkompetensi. Apa saja komponen-komponen itu?



Komponen sistem pembelajaran terdiri dari peserta didik (learner), proses pembelajaran, dan lulusan dengan kompetensi yang diharapkan, pengajar, kurikulum, bahan pembelajaran. Keenam komponen itu disebut komponen dasar. Di luar keenam komponen dasar ada tujuh kompnen pendukung, yaitu peralatan; perpustakaan; laboratorium; ruang pembelajaran; tempat ibadah, kantin, sarana olahraga, sarana seni dan budaya; tenaga kependidikan; dan manajemen suatu pendidikan.
Dari sekian banyak komponen, pada kesempatan ini akan dibahas komponen dasar yang kelima, yaitu kurikulum. Seringkali pihak yang menentukan adalah pemerintah atau kelompok pakar yang ditunjuk pemerintah bila penggunanya adalah lembaga pendidikan formal dan nonformal yang diatur pemerintah. Untuk pendidikan yang berada di bawah naungan lembaga pendidikan swasta, pihak yang menentukan adalah yayasan.
Kurikulum seringkali dipersepsikan sebagai harga mati yang tidak dapat diubah secara kreatif oleh pengajar dan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan. Dalam keadaan seperti itu, kreativitas pengajar akan terbendung, bahkan dapat mati bila dalam jangka panjang digunakan ketentuan yang mengikat dan kaku. Semestinya pengajar, penyelenggara, dan penanggungjawab satuan pendidikan adalah pihak yang berhak menentukan kurikulum. Pihak lain yang seyogyanya terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah peserta didik dan masyarakat pengguna lulusan.
Kurikulum dalam arti sempit adalah daftar mata kuliah atau mata pelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara logika pengajar maupun penyelenggara adalah yang tau bagaimana proses pembelajaran, situasi dan kondisi peserta didik, jadi akan lebih baik jika mereka adalah pihak yang menentukan kurikulum. Karena faktanya bukan demikian maka pengajar dapat mengembangkan kurikulum tersebut sekreatif mungkin, sehingga peserta didik dapat termotivasi dalam belajar. Dikatakan pada awal tadi bahwa dalam sudut pandang teknologi pendidikan, bahwa pembelajaran itu haruslah berorientasi pada peserta didik, pemecahan masalah pembelajaran harus menggunakan pendekatan sistem, pengembangan pembelajaran harus sistematik, efektif dan efisien, serta implementasinya harus terus-menerus ditingkatkan agar kualitas lulusan seperti yang diharapkan dapat tercapai.
Maka dari itu sebagai pengajar / pendidik manfaatkanlah teknologi dalam mengajar. Dengan menggunakan peralatan tepat guna, yang dapat membantu / memudahkan peserta didik dalam belajar, yaitu LCD dan layar (screen), komputer, media pembelajaran, dan lain sebagainya yang diperlukan di dalam maupun di luar kelas. Peralatan yang tepat guna dalam artian peralatan yang tersedia dan atau dapat disediakan harus berfungsi sehingga membuat proses pembelajaran efektif mencapai tujuannya dan efisien dilihat dari segi waktu dan biaya. Ketepatan penggunaan peralatan tidak selalu berarti kecanggihan. Kecanggihan perlatan akan sia-sia jika tidak dapat dioperasikan karena tidak sesuai dengan kondisi setempat serta tidak efektif. Bila peserta didik tinggal di daerah-daerah yang tidak punya akses internet, penggunaan komputer yang canggih untuk internet tersebut tidak tepat guna. Peralatan yang baku (standar) tentu selalu diperlukan, tapi apabila tidak tersedia dan tidak mungkin disediakan, maka peralatan sederhana atau media pembelajaran yang diciptakan oleh pendidik dapat pula digunakan.
Media pembelajaran yang sederhana tersebut meskipun tidak berfungsi sebaik perlatan yang canggih, namun tetap membantu menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan media / peralatan sama sekali. Mengapa demikian? Karena media pembelajaran membuat isi pembelajaran lebih jelas, lebih konkret, tidak samar-samar, dan tidak abstrak.

sumber gambar: multazam-einstein.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar