Topik pembicaraan yang tidak pernah ada habisnya atau bisa
dikatakan selalu menjadi inovasi dalam kehidupan adalah teknologi. Kehidupan
ini mengalami tahap revolusi dan kemjuan karena berkembang pesatnya teknologi.
Saat ini siapa yang tidak kenal dengan dunia teknologi, apalagi
tentang gadget. Ironisnya bangsa kita mayoritas hanya sebagai konsumen,
berlomba-lomba untuk mendapatkan gadget terbaik dan terupdate. Berbeda dengan
bangsa lain yang berlomba-lomba untuk memproduksi gadget terbaik, sehingga
kualitas manusianya semakin meningkat. Di samping kekurangan bangsa kita yang
terkesan hanya sebagai penikmat saja, Indonesia dalam banyak hal juga tidak
kalah dalam mengikuti arus perkembangan teknologi.
Dapat kita lihat di Indonesia pada “revolusi hijau”, yaitu
perubahan cara bercocok tanam dari tradisional ke cara modern. Seperti cara
bertanam padi yang dulu masih manual menggunakan tangan kosong sekarang sudah
menggunakan teknologi. Revolusi hijau terjadi karena semakin berkurangnya
ketergantungan para petani pada cuaca dan alam, kemudian bergeser pada
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan produksi pangan.
Dulu jika musim kemarau sulit untuk bercocok tanam, tapi sekarang tidak harus
menunggu musim penghujan, dapat mengalirkan air dengan menggunakan alat
penyedot, dsb
Pertumbuhan dan perkembangan manusia dibandingkan dengan lahan
tempat tinggal dan pangan sangat tidak seimbang, sehingga dilakukannya upaya
peningkatan hasil pangan dengan penggunaan teknologi merupakan solusi terbaik. Dapat
menghasilkan produksi pangan dengan cepat dan lebih optimal. Dalam hal ini,
bukan berarti tenaga manusia tidak lagi dibutuhkan tetapi justru mendorong akal
manusia untuk berinovasi demi kehidupan di masa mendatang.
Dibanding dengan revolusi hijau di atas, teknologi dalam dunia
pendidikan lebih banyak kontribusinya, di dalamnya terdapat konsep perkembangan
teknologi. Menurut sejarah, dunia pendidikan telah mengalami 4 tahap revolusi.
Revolusi pertama “pendidikan rumah” ke arah “pendidikan formal di sekolah”.
Revolusi kedua terjadi perkembangan dari “bahasa lisan” ke arah “bahasa
tulisan” dalam penyajian materi peserta didik di sekolah. Kemudian revolusi
yang ketiga ditemukannya “media cetak” sehingga adanya buku yang sangat
membantu peserta didik dalam belajar. Dan revolusi yang terakhir munculnya
“teknologi canggih” sehingga mampu menghasilkan alat-alat mekanis, optis, dsb.
Sehingga teknologi dalam dunia pendidikan dikembangkan untuk
memcahkan persoalan belajar atau mengupayakan agar peserta didik dapat belajar
dengan mudah dan mencapai hasil secara optimal.
Banyak hal yang perlu dicermati agar sebagai bangsa kita tidak
tertinggal oleh hal-hal baru yang terjadi secara global sehingga kita bisa
beradaptasi dengan negara-negara di dunia. Di sisi lain, kita juga harus punya
filter yang kuat agar pengaruh globalisasi yang negatif tidak mengganggu
kehidupan bangsa kita yang menjunjung tinggi budi pekerti dan memiliki budaya
yang luhur. Hal ini penting agar kita bisa menjadi bangsa yang bermartabat
tanpa harus ketinggalan dengan
negara-negara lain.
Di bidang pendidikan, peran guru untuk mendidik peserta didikmenjadi manusia yang selalu mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan
akar budaya sangat penting dalam menentukan perjalanan generasi bangsa ini.
Guru dituntut menjadi pendidik yang bisa menjembatani kepentingan-kepentingan itu.
Tentu saja melalui usaha-usaha nyata yang bisa diterapkan dalam mendidik
peserta didiknya. (Deni Darmawan: 2012)
Dikatakan dalam surat kabar Kompas bahwa abad 21, Indonesia
wajib mencetak guru melek teknologi. Dapat dibaca artikel terkait di
bawah ini.
http://edukasi.kompas.com/read/2015/10/07/18344421/Abad.21.Indonesia.Wajib.Cetak.Guru.Melek.Teknologi
DOK. BINUS UNIVERSITY Duta Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik (kiri) dan Managing Director Binus Stephen Wahyudi Santoso (kanan).
KOMPAS.com - Binus University berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Inggis mengadakan seminar tentang penggunaan teknologi untuk mendukung pembelajaran kelas yang lebih kreatif dan modern. Sekitar 60 peserta dari 37 perwakilan Sekolah Menengah Atas di Jakarta berkumpul di Kampus Binus Anggrek, Jakarta, Rabu (7/10/2015).
DOK. BINUS UNIVERSITY Duta Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik (kiri) dan Managing Director Binus Stephen Wahyudi Santoso (kanan).
KOMPAS.com - Binus University berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Inggis mengadakan seminar tentang penggunaan teknologi untuk mendukung pembelajaran kelas yang lebih kreatif dan modern. Sekitar 60 peserta dari 37 perwakilan Sekolah Menengah Atas di Jakarta berkumpul di Kampus Binus Anggrek, Jakarta, Rabu (7/10/2015).
"Mengembangkan
kualitas pendidikan kelas satu menjadi sangat penting bagi Indonesia demi
meraih potensi bangsa sepenuhnya," tutur Moazzam Malik, Duta Besar Inggris
untuk Indonesia.
Dalam seminar
tersebut, peserta diperkenalkan dengan metode-metode mengajar kreatif yang bisa
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar. Salah satunya dengan memanfaatkan
infografis.
"Infografis merupakan representasi dari informasi, data, atau ilmu pengetahuan dengan konsep visual yang terdiri dari teks dan gambar ilustrasi," ujarc Digital Media Development Manager Binus Danu Widhyatmoko yang menjadi instruktur pada sesi pembuatan infografis bagi peserta seminar.
"Infografis merupakan representasi dari informasi, data, atau ilmu pengetahuan dengan konsep visual yang terdiri dari teks dan gambar ilustrasi," ujarc Digital Media Development Manager Binus Danu Widhyatmoko yang menjadi instruktur pada sesi pembuatan infografis bagi peserta seminar.
Menurut Danu,
salah satu kunci pengajaran modern dan efektif adalah dengan menyederhanakan
informasi-informasi rumit sehingga mudah dicerna siswa.
"Awalnya,
kita sering mendengar curhatan para guru yang pernah bekerja sama
dengan Binus. Mereka ada di Jakarta, tapi kurang akses terhadap teknologi dan
informasi," ujar Risa R Simanjuntak, Head of English Department Binus
merangkap pemimpin proyek seminar tersebut.
Dia mengatakan,
kualitas lulusan perguruan tinggi tak lepas dari fondasi yang telah dibentuk
saat pendidikan dasar, menengah, dan atas. Saat ini saja, menurut Risa,
kualitas pendidikan SMA belum merata.
"Kalau
kita lihat dari peneriamaan mahasiswa tiap tahunnya, juara satu dari tiap
sekolah ternyata beda-beda juga kualitasnya, padahal sama-sama juara
satu," kata Risa.
Karena itu,
Risa menyimpulkan, kualitas para pendidik juga perlu ditingkatkan. Niat baik
ini lalu mendapat respon positif dari Kedutaan Inggris. Dengan dukungan program
The Chevening Alumni Project (CAP) Fund, seminar ini dapat terlaksana.
"Melalui kolaborasi yang harmonis ini, saya
berharap kegiatan CAP Fund mampu melengkapi guru dan pendidik dengan wawasan
dan pengalaman berharga mengenai tren terkini di (dunia) pendidikan dan
pengajaran," ucap Rektor Binus University Prof Harjanto Prabowo.
Sumber gambar: shareeilmu.blogspot.com
lamperan.net
0 komentar:
Posting Komentar