Sumber gambar: tabloid.yellowpages.co.id
Usia kesiapan anak untuk menempuh pendidikan formal merupakan salah
satu hal yang menjadi perhatian para orang tua. Banyak orang yang beranggapan
bahwa sekolah lebih awal pada usia dini lebih memudahkan anak untuk belajar
banyak hal dan mudah menghafalkan. Terbukti tidak sedikit anak-anak penghafal
al-Qur’an, penghafal cilik usia 8 tahun Muhammad Gozy. Ia memulai hafalan
al-Qur’an pada usia 6 tahun dan dalam kurun waktu 2 tahun dia berhasil
menghafal al-Qur’an. Ada juga seorang anak bernama Sayyid Muhammad Husein mulai
menghafal al-Qur’an pada usia 2 tahun dan telah berhasil hafal 30 juz al-Qur’an
pada usia 5 tahun. Kedua anak tersebut memang menjadi sebuah percontohan bahwa
belajar sejak dini merupakan hal yang baik.
Tetapi ada juga penelitian terbaru yang membuktikan bahwa ternyata
usia tujuh tahun adalah usia yang paling tepat bagi seorang anak untuk mulai
bersekolah. Dilansir dari The Sun, sebuah analisis dari Stanfors University
terhadap penelitian mengenai anak sekolah di Denmark menyatakan bahwa memulai
sekolah di usia tujuh dapat meningkatkan nilai dan perhatian mereka hingga 73
persen. Selain itu tindakan ini juga dapat menurunkan resiko anak menjadi
kurang dapat memfokuskan perhatian serta hiperaktif di usia sebelas. Penelitian
yang dilakukan oleh Danish National Centre for Social Research ini menyatakan
bahwa anak yang memiliki waktu lebih lama bermain pada usia-usia awal memiliki
kesehatan mental yang jauh lebih baik dan berkembang. Menurut Profesor Thomas Dee
dari Stanford, memulai sekolah di usia tujuh tahun ini dapat mencegah menculnya
gejala ADHD pada anak. (Merdeka.com)
Kendati demikian, anak-anak sebenarnya mulai belajar suatu hal
sejak mereka masih dalam kandungan, pendapat di atas yang menyatakan usia tujuh
tahun adalah usia yang tepat untuk bersekolah memang benar adanya karena belajar
tidak hanya di sekolah saja. Sekolah adalah pendidikan formal, nah usia sebelum
memasuki sekolah pastinya anak-anak juga sudah belajar banyak hal, seperti yang
telah dikatakan sebelumnya banyak anak yang dapat menghafal al-Qur’an di usia
mereka yang masih kecil.
Keberhasilan seorang anak, entah dalam hal belajar,
pergaulan/hubungan sosial maupun kebahagiannya merupakan tanggung jawab orang
tua. Karena memang pendidikan pertama seorang anak adalah orang tua. Bagaimana
cara orang tua mendidik anaknya dari kecil sangat berpengaruh saat anak
tersebut duduk di bangku sekolah, bergaul bersama teman-temannya dan dalam
mengatasi sebuah masalah.
Memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga dan teman semasa kecil
dapat membuat orang lebih bahagia di masa dewasa. Sebuah penelitian menunjukkan
hubungan yang positif pada usia anak dan remaja merupakan kunci mencapai
kesejahteraan di waktu dewasa. Efeknya lebih tinggi bila dibandingkan
pencapaian prestasi akademik. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa
ada keterkaitan antara hubungan sosial anak dan remaja dengan tingkat
kesejahteraan saat dewasa. Ini menunjukkan pentingnya memiliki hubungan positif
di masa kecil hingga usia dewasa. (Tempo.co)
Di era teknologi ini bukan hal yang mustahil bagi seorang anak
untuk mengetahui banyak hal, bahkan melebihi orang dewasa pada umumnya.
Bagaimana tidak, dengan adanya akses internet, jika orang tuapun juga
memfasilitasi gadget, keingintahuan anak tersebut akan semakin bertambah jika
situasi dan kondisi mendukungnya. Di samping memberi kebebasan anak, orang tua
tetap harus memantau kegiatan yang dilakukannya. Mengingat juga pergaulan zaman
sekarang semakin tidak karuan, pendidikan yang baik memang harus ditanamkansejak kecil meskipun belum berada di bangku sekolah. Tidak ada alasan orang tua
tidak dapat mengawasi anaknya karena saking sibuk dengan pekerjaannya, karena
teknologi juga dapat membantu. Semisal dengan memasang kamera cctv, menghubungi
anak setiap beberapa jam sekali, dan tentunya masih banyak lagi perhatian yang
dapat dilakukan.
Bagaimanapun juga ke depannya negara ini akan dilanjutkan oleh
generasi muda. Jika bukan para orang tua yang menanamkan pendidikan sejak dini
kepada anak-anak maka siapa lagi. Jika bukan para orang tua yang memberikan
perhatian lebih kepada anak-anak maka siapa lagi. Bukankah pencegahan lebih
baik daripada mengobati, jadi sebelum anak-anak kita, para generasi penerus
bangsa ini terlanjur masuk ke dalam hal-hal yang buruk dan merusak, sebaiknya
dicegah dari sekarang. Ingat pepatah lama mengatakan “belajar di masa muda
bagaikan mengukir di atas batu, belajar di masa tua bagaikan mengukir di atas
air”.
0 komentar:
Posting Komentar