Strategi pembelajaran yang diberikan untuk mendukung kegiatan belajar aktif
ternyata menimbulkan banyak kekahwatiran, terutama bagi pendidik. Semua
permasalahan tentunya memiliki solusi namun terkadang solusi tersebut
juga menimbulkan masalah lagi. Begitu pula dengan strategi pembelajaran
aktif yang diberikan kepada peserta didik. Dr. Mel Silberman, seorang
Guru Besar Kajian Psikologi Pendidikan di Tempel University, telah
mengemukakan 101 cara belajar aktif dan memberi tanggapan terkait
kekhawatiran pendidik terhadap strategi belajar aktif, berikut
tanggapannya:
1. Apakah kegiatan belajar aktif hanya merupakan kumpulan “kegembiraan dan permainan”?
1. Apakah kegiatan belajar aktif hanya merupakan kumpulan “kegembiraan dan permainan”?
Bukan,
belajar aktif tidak hanya sekedar bersenang-senang, meskipun kegiatan
belajar aktif memang bisa menyenangkan dan tetap dapat mendatangkan
manfaat. Sesungguhnya, banyak teknik belajar aktif yang memberi siswa
tantangan yang menuntut kerja keras.
2. Apakah belajar aktif sedemikian berfokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari?
2. Apakah belajar aktif sedemikian berfokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari?
Persoalan
yang sesungguhnya memang hal tersebut. Banyak nilai-guna pada
pembelajaran aktif yang berasal dari tindakan memikirkan kegiatan ketika
usai dan membahas maknanya bersama teman sekelas. Ada baiknya juga
memberikan pelajaran singkat setelah berlangsungnya kegiatan belajar
aktif untuk menghubungkan apa yang dialami siswa dengan konsep yang akan
diberikan.
3. Apakah belajar aktif menyita banyak waktu? Bagaimana kita dapat memberikan pelajaran dengan menggunakan metode belajar aktif?
3. Apakah belajar aktif menyita banyak waktu? Bagaimana kita dapat memberikan pelajaran dengan menggunakan metode belajar aktif?
Tidak
diragukan bahwa kegiatan belajar aktif menyita lebih banyak waktu
ketimbang pengajaran langsung, namun ada banyak cara untuk menghindari
terbuangnya waktu dengan sia-sia. Lebih lanjut, sekalipun sebuah
pengajaran dapat menyampaikan banyak pelajaran, kita perlu
mempertanyakan seberapa banyak siswa yang benar-benar mempelajari.
Pengajaran memiliki kecondongan untuk menyampaikan bagian tepiannya saja
dengan menyajikan apa saja yang ada di seputar mata pelajaran. Lagi
pula, kita hanya melakukan pengajaran satu arah, karena itu kita
sebaiknya memastikan telah menguasai apa yang kita ajarkan. Namun, kelas
yang kegiatan belajarnya bersifat aktif memiliki kurikulum yang kurang
padat dan tujuan yang terbatas. Guru yang memandu kelas ini memahami
bahwa siswa akan lebih banyak lupanya ketimbang ingatnya. Ketika muatan
pelajarannya ditetapkan dalam tingkatan sedang, guru memiliki waktu
untuk mengadakan kegiatan yang memperkenalkan, menyajikan, menerapkan,
dan menguraikan apa yang telah dipelajari.
Baca juga: Cara Ampuh untuk Mengaktifkan Keterlibatan Siswa Sejak Awal Pembelajaran
4. Dapatkah metode belajar aktif menghangatkan informasi yang hambar dan tidak menarik? Tentu saja! Ketika mata pelajaran tidak menarik dan disajikan dengan belajar aktif yang menyenangkan pastinya dapat memotivasi siswa untuk menguasai pelajaran yang menjenuhkan sekalipun.
5. Kapan kita menggunakan kelompok dalam belajar aktif, bagaimana kita menghindari agar kelompok-kelompok itu tidak menyia-nyiakan waktu dan tidak produktif?
Baca juga: Cara Ampuh untuk Mengaktifkan Keterlibatan Siswa Sejak Awal Pembelajaran
4. Dapatkah metode belajar aktif menghangatkan informasi yang hambar dan tidak menarik? Tentu saja! Ketika mata pelajaran tidak menarik dan disajikan dengan belajar aktif yang menyenangkan pastinya dapat memotivasi siswa untuk menguasai pelajaran yang menjenuhkan sekalipun.
5. Kapan kita menggunakan kelompok dalam belajar aktif, bagaimana kita menghindari agar kelompok-kelompok itu tidak menyia-nyiakan waktu dan tidak produktif?
Kelompok
bisa menjadi tidak produktif manakala mereka hanya memiliki sedikit
rasa kebersamaan pada permulaan pelajaran dan ketika kerja kelompok
tidak ditata dengan baik dari awal. Siswa menjadi bingung dengan apa
yang harus dilakukan, kurang bisa menata diri, dan mudah teralihkan
perhatiannya dari tugas. Atau boleh jadi mereka mengerjakan secepat
mungkin, dan hanya memahami bagian luarnya saja, bukannya memahami
materinya secara lebih mendalam. Ada beberapa metode untuk mengerjakan
cara belajar dalam kelompok, misalnya memberi tugas kepada setiap
anggota kelompok, menetapkan aturan dasar kelompok, mempraktikkan
keterampilan kelompok, dan lain sebagainya.
6. Dapatkah kita “mengelompokkan siswa untuk seterusnya” dengan menggunakan kegiatan belajar aktif?
Tentu
saja. Sebagian guru memanfaatkan kelompok secara berlebihan. Mereka
tidak memberi siswa peluang yang memadai untuk mempelajari sesuatu
secara perseorangan, mereka kurang mampu mengarahkan siswa untuk
mengajarkan dan berdiskusi. Kuncinya adalah keberagaman. Keragaman cara belajar merupakan resep pengajaran yang baik.
7. Saya tertarik dengan belajar aktif, namun saya tidak yakin apakah anak didik saya juga tertarik?
7. Saya tertarik dengan belajar aktif, namun saya tidak yakin apakah anak didik saya juga tertarik?
Semakin
kurang terbiasanya mereka dengan belajar aktif, semakin tidak mudahlah
mereka pada awalnya. Mereka mungkin terbiasa memperhatikan guru
melakukan semua pekerjaannya, duduk kembali, dan merasa yakin bahwa
mereka telah mempelajarinya dan akan mengingatnya. Sebagian siswa akan
mengeluh bahwa kegiatan belajar aktif menyita banya waktu. Mereka
mungkin lebih menyukai penyampaian informasi yang bertata baik dan
efisien, atau mereka boleh jadi khawatir dengan cara belajar melalui
penemuan dan eksplorasi sendiri. Dalam jangka panjang, mereka akan
mendapatkan manfaat dari belajar aktif seperti halnya siswa yang lain.
Dalam jangka pendek, mereka tidak akan terlalu khawatir jika guru
memperkenalkan metode belajar aktif secara bertahap. Jika tidak secara
bertahap maka siswa akan memperlihatkan keengganan.
Dari sekian banyak kekhawatiran pendidik mengenai strategi belajar aktif, akan lebih mudah menemukan solusi dari kekhawatiran itu dengan sering menggunakan strategi belajar aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi, daripada hanya mengkhawatirkan yang belum tentu lebih baik sebagai pendidik untuk menerapkan strategi belajar aktif sebagai upaya memotivasi belajar siswa.
Dari sekian banyak kekhawatiran pendidik mengenai strategi belajar aktif, akan lebih mudah menemukan solusi dari kekhawatiran itu dengan sering menggunakan strategi belajar aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi, daripada hanya mengkhawatirkan yang belum tentu lebih baik sebagai pendidik untuk menerapkan strategi belajar aktif sebagai upaya memotivasi belajar siswa.
Referensi buku: Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif – Melvin L. Silberman
sumber gambar: rezaprasetyo08.wordpress.com
lamperan.net
sumber gambar: rezaprasetyo08.wordpress.com
lamperan.net
0 komentar:
Posting Komentar